Rumus IF Bertingkat

IF Bertingkat : Fungsi, Manfaat, Contoh dan Bedanya Dengan IF Tunggal

IF merupakan rumus yang sangat menarik untuk dibahas pada Microsoft Excel. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa rumus ini merupakan satu dari beberapa rumus populer dalam Excel. Saking populernya jika kita sebut rumus Excel atau fungsi dasar Excel maka salah satu rumus yang akan kita ingat adalah IF.

Dalam prosesnya rumus IF ini bisa digunakan untuk menguji sebuah nilai logika atau pernyataan dan akan menghasilkan value TRUE atau FALSE. Bagian yang paling menarik dari pengujian nilai logika atau pernyataan tersebut adalah terkait dengan jumlah pernyataan atau jumlah nilai logika yang akan kita uji.

IF Bertingkat, Menguji Beberapa Nilai Logika Secara Bersamaan

Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa rumus IF ini setidaknya dibagi kedalam 3 jenis yaitu IF Tunggal, IF Bertingkat serta IF Majemuk. Pemilihan ketiga jenis rumus IF tersebut akan tergantung kepada jumlah kriteria atau pernyataan yang akan digunakan pada pengujian.

Jika jumlah kriteria atau nilai logika yang akan diuji hanya berjumlah 1 saja maka kita cukup menggunakan rumus IF Tunggal saja. Sebaliknya jika jumlah kriteria atau nilai logika yang akan diuji justru lebih dari 1 maka kita tidak bisa menggunakan rumus IF Tunggal. Karena memang rumus yang cocok pada kondisi ini adalah IF Bertingkat bukan IF Tunggal.

Ini artinya fungsi dari IF Bertingkat adalah untuk menguji sebuah nilai logika pada Microsot Excel dengan menggunakan beberapa kriteria. Nantinya kriteria tersebut harus disusun secara berurutan. Jika kita sudah benar menyusun urutan logika maka hasilnya akan sesuai dengan ketentuan yang kita miliki. Sebaliknya jika kita salah menyusun urutan logika maka tentu hasilnya tidak akan sesuai dengan ketentuan yang sudah kita buat. Bahkan dalam kondisi tertentu IF Bertingkat hanya akan menghasilkan error atau pesan kesalahan saja.

Beda Konsep IF Tunggal dan IF Bertingkat

Sebelum melanjutkan penting rasanya bagi kita untuk bisa memahami beda antara IF Tunggal dengan IF Bertingkat. Ini akan sangat menentukan hasil yang ditampilkan. Cara paling mudah untuk membedakan kedua rumus tersebut adalah dengan membandingkan urutan pengujian nilai logika pada diagram alur atau flowchart.

1. Urutan Pengujian Logika Pada IF Tunggal

Diagram pada IF Tunggal memang cukup mudah untuk dipahami. Karena memang prosesnya hanya satu kali jalan saja. Maksudnya hasil yang akan ditampilkan hanya TRUE atau FALSE saja. Ini karena jumlah kriteria atau pernyataan yang akan diuji memang hanya satu logika saja seperti yang sudah dijelaskan diatas.

Untuk contoh misalnya kita akan menentukan apakah Siswa statusnya lulus atau tidak. Syarat atau kriteria kelulusan yang ditentukan adalah jumlah nilai. Adapun batasan nilai paling rendah dan bisa mendapatkan status “Lulus” adalah 75. Maka diagram alur pengujian logika yang digunakan adalah sebagai berikut : 

Diagram lulus atau tidak

Pada alur tersebut nilai yang akan diuji adalah 80. Maka pertanyaan yang digunakan pada diagram alur tersebut adalah : Apakah nilai 80 lebih besar dari 75 ?

Tentu pertanyaan tersebut hanya akan menampilkan 2 hasil saja yaitu TRUE atau FALSE. Karena angka 80 memang lebih besar dari 75 maka IF Tunggal akan menampilkan hasil TRUE. Hasil value TRUE ini artinya status Siswa tersebut adalah “Lulus”. Dengan kata lain hasil IF Tunggal yang akan muncul adalah teks “Lulus”.

2. Urutan Pengujian Logika Pada IF Bertingkat

Supaya mudah kita akan menggunakan simulasi pengujian yang sama dengan contoh pertama. Hanya saja syarat atau kriteria yang digunakan akan kita tambah menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

  • Nilai 80 keatas : Lulus
  • Nilai 70 – 79 : Mengulang
  • Nilai dibawah 70 : Tidak Lulus

Karena syarat yang digunakan memang bertambah 1 maka kita tidak bisa menggunakan IF Tunggal. Karena memang untuk kondisi tersebut akan sangat cocok menggunakan IF Bertingkat.

Untuk contoh misalnya kita akan menguji nilai siswa dengan jumlah 74 maka urutan pengujian nilai logikanya adalah sebagai berikut :

Diagram Nilai Siswa IF Bertingkat

Pada urutan pengujian diagram alur tersebut untuk Siswa dengan nilai 74 adalah sebagai berikut :

  1. Mulai
  2. Apakah nilai 74 lebih besar dari 80 ?
  3. Jawabannya FALSE maka lanjutkan ke pengujian kedua
  4. Apakah nilai 74 lebih besar dari 70 ?
  5. Jawabannya adalah TRUE
  6. Karena sudah menemukan TRUE maka hasilnya akan muncul yaitu “Mengulang”
  7. Selesai

Berdasarkan urutan pengujian pada diagram diatas dapat kita simpulkan beberapa poin sebagai berikut :

  1. Rumus IF Bertingkat akan menguji logika mulai dari depan
  2. Jika pada pengujian pertama hasilnya adalah TRUE maka hasilnya akan muncul
  3. Jika pada pengujian pertama hasilnya adalah FALSE maka akan dilanjutkan pada pengujian yang kedua
  4. Jika pengujian kedua adalah TRUE maka akan hasilnya akan muncul
  5. Jika pengujian kedua adalah FALSE maka hasil yang muncul adalah “Tidak Lulus”

Ini artinya pada setiap pengujian rumus IF Bertingkat akan mencari hasil atau value FALSE. Jika sudah ditemukan maka proses pengujian logika akan berhenti atau selesai. Jika sampai akhir tidak menemukan value TRUE maka hasil yang akan ditampilkan adalah value FALSE.

Misalnya pada urutan diatas yang akan kita uji adalah Siswa dengan nila 50 maka urutannya adalah sebagai berikut :

  1. Mulai
  2. Apakah nilai 50 lebih besar dari 80 ?
  3. Jawabannya FALSE maka lanjutkan ke pengujian kedua
  4. Apakah nilai 50 lebih besar dari 70 ?
  5. Jawabannya adalah FALSE
  6. Karena tidak menemukan TRUE maka hasilnya akan muncul adalah “Tidak Lulus”
  7. Selesai

Inilah pentingnya kita memahami bagaimana alur pengujian pada nilai logika dalam IF Bertingkat. Karena seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa kesalahan penyusunan urutan logika akan mengakibatkan kesalahan hasil yang muncul atau bisa juga IF Bertingkat hanya akan menampilkan error atau pesan kesalahan tertentu.

Penyusunan Argumen IF Bertingkat

Proses penyusunan argumen pada IF Bertingkat memang pada dasarnya tetap menggunakan urutan pada IF Tunggal. Konsep yang digunakan adalah menyisipkan IF kedua pada argumen IF pertama. Adapun posisi yang tepat adalah mengubah argumen value_if_false. Sehingga ada beberapa value_if_true pada satu deret argumen rumus IF.

1. IF Bertingkat Pada Argumen Dasar

Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya bahwa ada 3 argumen dasar pada rumus IF. Ketiga argumen tersebut adalah logical_testvalue_if_true serta value_if_false. Supaya lebih mudah silahkan perhatikan konsep perubahan pengisian argumen dari IF Tunggal pada IF Bertingkat :

Argumen Dasar IF Bertingkat

Pada gambar tersebut sudah ada 2 rumus IF Tunggal dan kemudian digabungkan kedalam 1 deret rumus. 1 deret rumus gabungan IF Tunggal inilah yang disebut dengan IF Bertingkat.

Rumus IF Tunggal kedua digabungkan kedalam argumen IF Tunggal pertama dengan cara menghilangkan argumen value_if_false. Argumen value_if_false ini digeser kedalam argumen kedua dan ditempatkan pada bagian akhir dari deret rumus tersebut. Sehingga urutan IF Bertingkat adalah logical_testvalue_if_truelogical_testvalue_if_true baru kemudian value_if_false.

Jika kriteria yang digunakan ditambahkan 1 maka urutan deret argumen IF Bertingkat adalah logical_testvalue_if_truelogical_testvalue_if_truelogical_testvalue_if_true dan terakhir tentu saja adalah value_if_false.

2. IF Bertingkat Pada Penentuan Lulus atau Tidak Lulus

Jika sudah memahami bagaimana cara menyusun argumen IF Bertingkat silahkan lanjutkan pada bagian berikutnya tentang contoh kasus IF Bertingkat. Tapi jika masih belum memahami mari kita ubah konsep dan urutan argumen diatas langsung pada kasus menyusun teks lulus, mengulang serta tidak lulus.

Silahkan perhatikan gambar berikut ini :

Argumen IF Lulus atau Tidak

Pada gambar tersebut kita akan menguji nilai siswa untuk menampilkan status apakah “Lulus”, “Mengulang” atau justru “Tidak Lulus”. Batasan pada nilai siswa yang digunakan adalah sebagai berikut :

  • Nilai diatas 80 : Lulus
  • Nilai 70 sampai dengan 80 : Mengulang
  • Nilai 70 kebawah : Tidak Lulus

Untuk contoh misalnya kita akan menguji nilai siswa 74 maka langkah pertama adalah memisahkan pengujian logika pada 2 rumus IF Tunggal sebagai berikut :

  • IF Tunggal 1 : =IF(74>80;”Lulus”; “Tidak Lulus”)
  • IF Tunggal 2 : =IF(74>70;”Mengulang”; “Tidak Lulus”)

Selanjutnya kedua rumus IF Tunggal tersebut digabungkan menjadi rumus IF Bertingkat dengan cara menghilangkan value_if_false pada deret pertama. Sehingga rumus IF Bertingkat pada contoh diatas akan menjadi seperti berikut ini :

=IF(74>80; “Lulus”; IF(74>70; “Mengulang”; “Tidak Lulus”))

Konsep rumus ini menjelaskan dasar yang disebutkan diatas yaitu IF Bertingkat akan disisipkan pada IF Tunggal dengan cara mengubah value_if_false menjadi value_if_true selanjutnya. Konsep yang digunakan memang tidak terlalu jauh berbeda dengan IF Tunggal bahkan tidak juga terlalu jauh berbeda dengan IF Majemuk.

Contoh Kasus IF Bertingkat

Jika sudah memahami bagaimana cara menyusun pengujian logika pada IF Bertingkat mari kita bahas beberapa contoh kasus menggunakan rumus ini. Konsep yang digunakan tentu akan sama persis dengan urutan yang sudah dijelaskan diatas. Hanya saja memang kriteria yang digunakan memang akan berbeda – beda.

1. IF Bertingkat Untuk Menentukan Lulus atau Tidak

Contoh IF Bertingkat pertama kita akan menentukan apakah Siswa sudah lulus atau tidak. Bedanya dengan pembahasan sebelumnya ada pada jumlah hasil yang ditampilkan. Pada pembahasan sebelumnya hanya menggunakan 2 hasil saja yaitu Lulus serta Tidak Lulus. Tapi pada IF Bertingkat hasil yang akan ditampilkan adalah sebagai berikut :

  • Nilai diatas 80 : Lulus
  • Nilai antara 70 – 80 : Mengulang
  • Nilai dibawah 70 : Tidak Lulus

Untuk lebih jelasnya tampilan data yang akan kita bahas silahkan perhatikan gambar berikut ini :

IF Bertingkat Untuk Lulus atau Tidak

Pada contoh tersebut sudah ada Tabel nilai siswa yang terdiri dari kolom Nama, P/L, Nilai serta Status. Selanjutnya pada kolom Status kita akan isi secara otomatis sesuai dengan kriteria yang sudah dijelaskan diatas.

Adapun rumus IF Bertingkat yang digunakan pada Cell D4 adalah sebagai berikut :

=IF(C4>80;”Lulus”;IF(C4>70;”Mengulang”;”Tidak Lulus”))

Dengan menggunakan rumus IF Bertingkat tersebut maka jika kolom Nilai diisi akan secara otomatis status juga akan muncul sesuai dengan kriteria Nilai yang digunakan.

2. IF Bertingkat Untuk Menghitung Diskon

Contoh kedua kita akan menghitung Diskon menggunakan IF Bertingkat. Diskon akan dihitung dengan menggunakan beberapa syarat atau kriteria. Selanjutnya kriteria atau syarat tersebutlah yang akan mengatur persentase Diskon. Adapun syarat yang digunakan pada perhitungan Diskon adalah sebagai berikut :

  • Jumlah barang 15 keatas : 10%
  • Jumlah barang 10 keatas : 5%
  • Jumlah barang kurang dari 10 : 0%

Berdasarkan syarat atau kriteria tersebut mari kita susun Tabel Daftar Harga untuk menampilkan serta menghitung persen Diskon :

IF Bertingkat Untuk Menghitung Diskon

IF Bertingkat akan disusun pada kolom Diskon dalam bentuk jumlah rupiah. Persentase Diskon yang ditampilkan berdasarkan IF akan otomatis mengalikan kolom Jumlah dengan kolom Harga.

Adapun rumus IF Bertingkat yang digunakan pada Cell E4 adalah sebagai berikut :

=IF(B4>=15;D4*10%;IF(B4>10;D4*5%;0))

Jumlah diskon pada kolom tersebut akan tergantung pada jumlah barang. Selanjutnya persentase hasil dari IF Bertingkat akan otomatis dikalikan dengan kolom Jumlah. Sehingga hasil dari perhitungan Diskon akan menampilkan jumlah Rupiah bukan persentase.

3. IF Bertingkat Untuk Menghitung Bonus

Selanjutnya kita akan gunakan IF Bertingkat untuk menghitung bonus. Bonus ini biasanya dihitung berdasarkan pencapaian target. Jika target tercapai maka bonus akan otomatis ditambahkan sedangkan jika target tidak tercapai maka bonus tidak akan dihitung.

Konsep perhitungan bonus ini jika dilakukan dalam Excel maka akan bisa diatur berjalan secara otomatis. Salah satu rumsu yang bisa digunakan dalah IF Bertingkat.

Silahkan perhatikan gambar berikut ini :

IF Bertingkat Untuk Menghitung Bonus

Pada tabel tersebut sudah dihitung bonus berdasarkan pencapaian target dengan ketentuan sebagai berikut :

  • Persentase pencapaian target >100% : 5%
  • Persentase pencapaian target 80% sampai dengan 100% : 2%
  • Persentase pencapaian target 80% kebawah : 0%

Pada tabel diatas ada 2 urutan perhitungan yang perlu dilakukan. Pertama adalah persentase pencapaian target dan kedua adalah perhitungan bonus. Karena pada persentase menggunakan 2 kriteria maka tentu kita akan menggunakan IF Bertingkat. IF Bertingkat akan digunakan pada kolom Bonus dengan proses perkalian antara persentase dengan jumlah pencapaian target.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

=IF(D4>100%;C4*5%;IF(D4>80%;C4*2%;0))

Dengan menggunakan IF Bertingkat diatas maka proses perhitungan bonus akan berjalan otomatis. Jika persentase pencapaian target tercapai maka secara otomatis bonus akan dihitung. Persentase pencapaian target akan menentukan berapa jumlah bonus yang didapatkan.

4. IF Bertingkat Untuk Menentukan Status Karyawan

Pada pembahasan tentang IF Tunggal kita sudah memisahkan status Karyawan kedalam 2 status saja yaitu Karyawan Tetap serta Karyawan Kontrak. Sedangkan pada contoh IF Bertingkat kita akan menambahkan satu kategori yaitu Masa Percobaan.

Ini artinya ada 3 kategori yang akan digunakan dengan batasan masa kerja sebagai berikut :

  • Karyawan Tetap : 27 Bulan / 2,25 Tahun ( 2 Tahun 3 Bulan )
  • Karyawan Kontrak : 3 Bulan sampai dengan 2 Tahun
  • Masa Percobaan : 3 Bulan

Status ini akan diatur dengan menggunakan IF Bertingkat sehingga kita perlu memisahkan kriteria diatas setidaknya kedalam 2 atau 3 IF secara berurutan. Untuk contohnya silahkan perhatikan gambar berikut ini :

IF Bertingkat Untuk Menentukan Status Karyawan

Pada contoh tersebut terlihat bahwa Status Karyawan berdasarkan masa kerja sudah tampil secara otomatis. Adapun IF Bertingkat yang digunakan pada contoh tersebut adalah sebagai berikut :

=IF(C4>2,25;”Tetap”;IF(C4>0,25;”Kontrak”;”Masa Percobaan”))

Bagian penting yang perlu untuk dipahami dari contoh diatas adalah jangan mengubah urutan posisi pengujian logika. Karena jika urutan diubah maka hasil yang muncul tidak akan sesuai dengan kriteria. Kecuali jika perubahan urutan diikuti dengan perubahan operator perbandingan. Sehingga konsepnya tetap akan sesuai dengan kriteria diatas.

5. IF Bertingkat Untuk Menghitung Uang Makan

Ada banyak ketentuan terkait dengan perhitungan uang makan atau uang transportasi pada Perusahaan. Tapi secara umum uang makan atau uang transport ini akan dibayarkan berdasarkan kehadiran. Untuk menjaga Karyawan datang tepat waktu dalam kondisi tertentu bisa juga syarat untuk mendapatkan uang makan atau transport ini menggunakan jam masuk bekerja.

Pada contoh ini kita akan menggunakan jam masuk bekerja sebagai syarat utama untuk mendapatkan uang makan. Silahkan perhatikan gambar berikut ini :

IF Bertingkat Untuk Menghitung Uang Makan

Syarat atau kriteria yang digunakan untuk mendapatkan uang makan pada contoh diatas adalah sebagai berikut :

  • Karyawan datang jam 08.00 atau kurang dari jam ini : 10.000
  • Karyawan datang jam 08.00 sampai dengan jam 08.05 : 5.000
  • Karyawan datang lebih dari jam 08.05 : –

Berdasarkan kriteria atau syarat tersebut maka IF Bertingkat yang disusun adalah sebagai berikut :

=IF(B4<=TIME(8;0;0);10000;IF(B4<=TIME(8;5;0);5000;0))

Dengan menggunakan IF Bertingkat ini maka uang maka akan muncul secara otomatis sesuai dengan syarat atau kriteria yang telah ditentukan. Setiap jam diinput maka uang makan akan muncul sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan.

IF Bertingkat ini perlu untuk menambahkan rumus TIME, fungsinya sudah jelas yaitu untuk menambahkan kriteria waktu atau jam sesuai dengan kriteria yang sudah dijelaskan.

6. IF Bertingkat Untuk Menghitung Harga

IF Bertingkat bisa juga dimanfaatkan untuk menentukan harga barang. Tentu penentuan harga barang ini perlu ada syarat atau kriterianya. Tanpa syarat atau kriteria maka proses penentuan harga barang secara otomatis tidak bisa dilakukan.

Silahkan perhatikan gambar berikut ini :

IF Bertingkat Untuk Menghitung Harga

Pada contoh tersebut sudah ada 3 jenis barang yaitu ATK, Lampu dan Buku. Jika ketiga barang ini akan dijual dengan harga yang sama setiap jenisnya maka kita hanya butuh membuat rumus sebagai berikut :

=IF(A4=”Buku”;3500;IF(A4=”ATK”;8500;10000))

Jika jumlah barang cukup banyak memang konsep ini akan cukup repot untuk dijalankan. Karena memang jenisnya tidak terlalu banyak. Jika jenis barang cukup banyak jangan menggunakan IF bertingkat tapi silahkan gunakan rumus VLOOKUP.

Contoh File Excel IF Bertingkat

Untuk melengkapi pembahasan ini silahkan ambil contoh file Excelnya. Urutan contoh IF bertingkat diatas disertakan pada satu file Excel berikut ini :

Nama File :

Link : IF Bertingkat

Silahkan ambil contoh file Excelnya, kemudian buka dengan menggunakan password. Password yang digunakan ada pada alamat link artikel ini. Posisinya ada pada akhir link yang berbentuk deretan angka.

Penutup

IF merupakan satu dari beberapa rumus populer dan sering digunakan dalam Excel untuk pengolahan data. Ada banyak kondisi atau syarat yang bisa diselesaikan dengan rumus ini. Pemilihan jenis rumus IF akan tergantung pada jumlah kriteria yang digunakan.

Jika kriteria yang digunakan lebih dari satu maka silahkan gunakan IF Bertingkat. Dalam Excel IF Bertingkat ini bisa digunakan untuk pengujian nilai logika dengan jumlah kriteria ada 2, 3, 4 dan seterusnya.

Urutan konsep pada pengujian nilai logika ini kadang perlu untuk disusun sesuai dengan urutannya. Hanya saja memang ada juga penyusunan kriteria pada IF Bertingkat sesuai dengan kebutuhan saja. 

Ade

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *